Sejarah Singkat

SMA Muhammadiyah 1 Sekampung Udik dibentuk pada tahun 1982 dengan nama SMA Muhammadiyah Mengandungsari, dengan jumlah siswa awal sebanyak 35 orang. Pada awal pendiriannya, sekolah ini dipimpin oleh Bapak S. Hadi Pandoyo, BA sebagai Kepala Sekolah, dengan dukungan dari delapan guru dan satu pegawai Tata Usaha. Para pengajar dan staf administrasi pada saat itu antara lain terdiri dari S. Hadi Pandoyo, BA, Shodri Nasib BA, Drs. Sumardi, Sudarno, M. Bashori, R. Suradal. BA, Drs. Jazim, dan Drs. Suharsono.

SMA Muhammadiyah Mengandungsari berdiri atas inisiatif Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bagian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, menjadi satu-satunya Sekolah Menengah Atas di desa Mengandungsari. Pada tahap awal, sekolah hanya memiliki dua ruang kelas, yang digunakan pada pagi hari untuk siswa SMP Muhammadiyah tahun ketiga, sementara kegiatan belajar mengajar bagi SMA dilaksanakan pada sore hari di Kompleks Muhammadiyah.

Upaya untuk memiliki gedung sekolah sendiri terus dilakukan oleh Muhammadiyah, dengan mendapatkan dukungan dari anggota dan simpatisan Muhammadiyah, masyarakat Mengandungsari, serta pemerintah. Melalui kerja keras dan dukungan ini, pada tahun 2007, SMA Muhammadiyah berhasil memiliki berbagai fasilitas belajar, termasuk 10 ruang kelas, sebuah masjid, laboratorium IPA, perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium multimedia, serta fasilitas olahraga seperti lapangan basket, bulu tangkis, voli, dan futsal, serta sebuah kantor dua lantai.

Dari segi status, SMA Muhammadiyah mendapatkan status 'Diakui' pada tahun 1989, yang memberikan hak untuk menyelenggarakan ujian sendiri. Pada tahun 2007, sekolah ini berhasil meraih akreditasi 'B'. Banyak alumni SMA Muhammadiyah 1 Sekampung Udik yang berhasil melanjutkan studi ke perguruan tinggi negeri di Indonesia.

Sejak melaksanakan ujian pertama kali pada tahun 1985, SMA Muhammadiyah 1 Sekampung Udik telah meluluskan banyak alumni, dan sebagian besar dari mereka telah sukses meniti karier di berbagai bidang seperti pendidikan, kedokteran, birokrasi, politik, dan dunia usaha.